Aku pusing, jadinya hari ini aku memilih untuk cepat-cepat pulang. Ditemani segelas air dan Bersama Bintang milik Drive, aku menulis surat ini. Pikiranku sedang tidak waras. Emosiku sedang tidak terkontrol. Air mata terjatuh begitu saja, tidak tahu mengapa.
Memendam perasaaan. Mencintai diam-diam. Adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Harus bersikap biasa saja setiap kali bertemu dengannya. Harus bertingkah seolah-olah dia hanya sekedar teman biasa, tidak ada yang spesial dan tidak ada perasaan lebih. Hanya sekedar teman yang kerap menghabiskan waktu setiap pulang sekolah. Setiap tatapan kita bertemu, aku hanya tersenyum. Dan seringkali aku mengartikannya lebih.
323 hari telah berlalu. Perasaanku terhadapmu selalu sama setiap harinya. Sudah hampir setahun semenjak pertama kali kita bertemu di bangku SMA. Ketika banyak laki-laki lain singgah, hal itu tetap tidak merubah perasaanku terhadapmu. Masih sama. Selalu sama. Aku seperti orang gila. Aku menjadi budak waktu, menunggumu menganggapku ada. Bodoh memang jika aku menyayangi yang tidak ada, mengangankan yang tidak nyata, dan merindukan yang hanya maya. Sedangkan aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaanmu selama ini. Mungkin aku saja yang berekspektasi terlalu tinggi dan berimajinasi terlalu jauh.
Semuanya masih sama, hingga pada akhirnya ada sosok lain lagi datang dalam hidupku. Awalnya biasa saja. Dan aku masih sangat menyayangimu. Tetapi lama-kelamaan aku seperti menyayangi angin. Tidak jelas wujudnya. Abstrak. Tidak konkrit. Aku sebisa mungkin berusaha melepasmu, menetralkan segala perasaanku terhadapmu, membuat premis bahwa kita hanya sekedar teman. Tidak lebih.
Keputusanku untuk melepaskanmu sudah bulat. Merelakan adalah pilihan. Mengikhlaskan adalah jalan. Hati kecilku masih tetap menyayangimu, tetapi cinta harus memilih satu, bukan dua. Ini hanya perkara waktu. Bukannya tragis melepaskan yang sama-sama menaruh perasaan? :')
"Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta.
Mungkin engkau adalah salah satunya.
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat.
Cintaku tlah dimiliki."
Kini setiap kali aku menatapmu, aku hanya bisa meminta maaf dan mencoba tersenyum, tetapi kerap kali yang ada hanya air mata. Teringat segalanya, bahkan ketika bibirmu mengucapkan sebait lagu milik Drive.
"Tidurlah, selamat malam, lupakan saja aku."
Maaf untuk cinta yang tak tersampaikan, untuk drama yang tersampahkan, untuk rindu yang tidak terselesaikan. Semoga kamu sempat untuk membaca surat ini. Semoga Tuhan mempertemukan kita lagi di masa depan.
"Perpisahan bukanlah duka, meski harus menyisakan luka."
Btw, aku ikut senang dengan hobi barumu. Selamat sore.
"Perpisahan bukanlah duka, meski harus menyisakan luka."
Btw, aku ikut senang dengan hobi barumu. Selamat sore.
Teruntuk,
A.
No comments:
Post a Comment