Tuesday, June 25, 2013


Maaf

Bahkan untuk sekedar mengucap selamat pagi saja lidahku terasa kaku. Butuh beberapa menit untuk berfikir, dan pada akhirnya aku mengirimimu sebuah ucapan selamat pagi sederhana tanpa emoticon apapun.
Hai, aku bingung harus memulainya dari mana.
Aku tahu aku bersalah.
Aku minta maaf.
Aku tidak tahu bagaimana harus meminta maaf dengan baik dan benar.
Berulang kali aku melakukan kesalahan.
Berulang kali aku membuat sakit hati.
Berulang kali aku membuat cemburu.
Berulang kali aku membuat keadaan semakin hancur.
Berulang kali kamu memaafkan.
Berulang kali kamu sabar dengan kelakuanku.
Berulang kali kamu memaklumi kelabilanku.
Berulang kali aku melakukan kesalahan yang sama.
Selalu sama.
Ya, mungkin kamu sudah tidak tahan lagi dengan semua ini.
Aku bingung.
Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Maaf.

Thursday, June 20, 2013

Rindu Tak Bertuan

Hujan itu romantis. Hujan selalu punya ceritanya sendiri; penuh misteri dan teka-teki. Hujan bisa membuatmu jatuh cinta, tetapi hujan juga bisa membuatmu galau setengah mati. Hujan itu seperti mesin waktu, membawa ingatanmu menuju kenangan masa lalu.

"Aku suka aroma petrichor."
"Kenapa?"
"Tidak tahu. Aku merasa tenang setiap kali aku mencium aromanya."

Ya, aroma petrichor adalah aroma yang dikeluarkan oleh tanah ketika hujan telah berhenti menetes. Sangat menenangkan. Sangat membuat nyaman. Hingga terlena dan membiarkan pikiranmu terobrak-abrik oleh kenangan masa lalu. 

"Kenangan tidak punya nyawa, kecuali orang yang punya kenangan itu membangkitkannya kembali." -diazmora

Tapi kenyataannya, tanpa dibangkitkan kembali, kenangan itu selalu hadir secara tiba-tiba dan tidak terduga. Tanpa aku minta pun, kenangan itu selalu memenuhi pikiran setiap kali hal yang bersangkutan dengannya terlintas di hadapanku. Setiap tanggal, setiap tempat, dan setiap suasana memiliki kisahnya sendiri. Kisah yang tidak akan pernah hilang, kisah yang tidak akan pernah lekang. Kisah yang suatu saat akan kembali lagi dan mengobrak-abrik hidupmu untuk yang kesekian kalinya. Setiap kali kenangan tersebut datang membayang, siapa yang akan bertanggung jawab atas perasaan rindu yang mengikuti ini? Rindu ini memang tak bertuan, sayang.

Sebagian orang menganggap, cara melupakan masa lalu adalah dengan jatuh cinta lagi. Tetapi itu salah, buat apa jatuh cinta hanya karena kamu butuh pundak sebagai pelarian dari masa lalumu? Bukankah sebuah perasaan harusnya hadir tanpa paksaan? Bukankah sebuah cinta harusnya utuh dan bukan setengah-setengah? Harusnya, ya memang harusnya.

Wednesday, June 5, 2013

Surat Rindu

Sebelumnya aku hendak minta maaf karena surat ini datang terlambat karena aku tidak sempat memindahkannya di blog.

Hai apa kabar? Semoga Tuhan mendengar doaku agar selalu menjagamu. Aku? Aku masih seperti biasanya, Duduk di balkon atas sambil melamunkanmu. Membiarkan kopiku dingin tersapu oleh angin. Bersimfoni dengan lagu-lagu yang terputar melalu ponselku. Syahdu.

Surat ini tertuju kepadamu. Kepada yang setiap malam selalu aku rindu. Kepada obrolan-obrolan kecil tentang masa depan. Kepada kenangan-kenangan yang tidak pantas untuk dilupakan. Kepada ketakutan ketika bayang-bayang perpisahan datang mendekat.

Malam minggu ini, hujan turun pelan-pelan di Jogjakarta. Rintiknya begitu menenangkan. Frekuensinya teratur. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Semilir anginnya berbaur dengan ritme nafasku. Hujan adalah salah satu acara Tuhan yang aku suka. Dan merindukanmu adalah caraku menghabiskan waktu agar tidak sia-sia ketika rintiknya membasahi bumi. Sambil menitipkan rindu lewat uap kopi yang masih mengepul. Lewat musik yang melebur dalam nadi. Lewat lamunku yang tidak jelas arahnya.

Aku pencemburu waktu. Rinduku menggebu-gebu. Cemasku membelenggu. Tiada yang bisa aku lakukan selain mendoakanmu. Semoga kamu selalu baik-baik saja.

Tiba-tiba terbesit dipikiranku. Bagaimana jika ini merupakan hujan terakhir di Bulan Mei? Bagaimana jika hal yang aku suka tiba-tiba menghilang dan tidak pernah kembali? Bagaimana jika sayangmu berpindah ke lain hati? Bagaimana jika yang selalu aku rindu tak pernah hadir lagi?

Hujan mengajarkanku banyak hal. Mengajarkanku untuk selalu bersyukur. Mengajarkanku untuk tidak menyia-nyiakan segala sesuatu yang telah ada. Mengajarkanku untuk tidak berimajinasi terlalu tinggi. Dan mengajarkanku bagaimana menikmati rindu dengan baik.

Hampir pukul dua belas malam dan mataku belum bisa memejam. Akhirnya aku putuskan untuk mengambil ponselku dan mengirimkan sebuah pesan singkat kepadamu.
"Aku nggak bisa tidur. Aku suka dengerin rintik hujan yang kecil-kecil."

Seketika juga hujan berhenti. Aku menikmati hingga rintik terakhir. Sampai tidak tersisa lagi. Hingga yang ada hanya sunyi.




25 Mei 2013
Teruntuk,
Yang selalu aku rindu. Selalu.

Monday, June 3, 2013

(Bukan) Duka

Aku pusing, jadinya hari ini aku memilih untuk cepat-cepat pulang. Ditemani segelas air dan Bersama Bintang  milik Drive, aku menulis surat ini. Pikiranku sedang tidak waras. Emosiku sedang tidak terkontrol. Air mata terjatuh begitu saja, tidak tahu mengapa.

Memendam perasaaan. Mencintai diam-diam. Adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Harus bersikap biasa saja setiap kali bertemu dengannya. Harus bertingkah seolah-olah dia hanya sekedar teman biasa, tidak ada yang spesial dan tidak ada perasaan lebih. Hanya sekedar teman yang kerap menghabiskan waktu setiap pulang sekolah. Setiap tatapan kita bertemu, aku hanya tersenyum. Dan seringkali aku mengartikannya  lebih.

323 hari telah berlalu. Perasaanku terhadapmu selalu sama setiap harinya. Sudah hampir setahun semenjak pertama kali kita bertemu di bangku SMA. Ketika banyak laki-laki lain singgah, hal itu tetap tidak merubah perasaanku terhadapmu. Masih sama. Selalu sama. Aku seperti orang gila. Aku menjadi budak waktu, menunggumu menganggapku ada. Bodoh memang jika aku menyayangi yang tidak ada, mengangankan yang tidak nyata, dan merindukan yang hanya maya. Sedangkan aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaanmu selama ini. Mungkin aku saja yang berekspektasi terlalu tinggi dan berimajinasi terlalu jauh. 

Semuanya masih sama, hingga pada akhirnya ada sosok lain lagi datang dalam hidupku. Awalnya biasa saja. Dan aku masih sangat menyayangimu. Tetapi lama-kelamaan aku seperti menyayangi angin. Tidak jelas wujudnya. Abstrak. Tidak konkrit. Aku sebisa mungkin berusaha melepasmu, menetralkan segala perasaanku terhadapmu, membuat premis bahwa kita hanya sekedar teman. Tidak lebih.

Keputusanku untuk melepaskanmu sudah bulat. Merelakan adalah pilihan. Mengikhlaskan adalah jalan. Hati kecilku masih tetap menyayangimu, tetapi cinta harus memilih satu, bukan dua. Ini hanya perkara waktu. Bukannya tragis melepaskan yang sama-sama menaruh perasaan? :')

"Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta.
Mungkin engkau adalah salah satunya.
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat.
Cintaku tlah dimiliki."

Kini setiap kali aku menatapmu, aku hanya bisa meminta maaf dan mencoba tersenyum, tetapi kerap kali yang ada hanya air mata. Teringat segalanya, bahkan ketika bibirmu mengucapkan sebait lagu milik Drive.
"Tidurlah, selamat malam, lupakan saja aku."

Maaf untuk cinta yang tak tersampaikan, untuk drama yang tersampahkan, untuk rindu yang tidak terselesaikan. Semoga kamu sempat untuk membaca surat ini. Semoga Tuhan mempertemukan kita lagi di masa depan.
"Perpisahan bukanlah duka, meski harus menyisakan luka."
Btw, aku ikut senang dengan hobi barumu. Selamat sore.



Teruntuk,
A.