Hai. Apa kabar?
Ini adalah
surat kedua-setelah surat yang aku tulis hampir 2 tahun yang lalu-untukmu. Aku
ingat, suratku sewaktu itu adalah surat paling duka yang pernah aku tulis.
Surat yang berujung dengan perpisahan. Yang kemudian memaksa kita-aku dan
kamu-untuk bahagia dengan jalan masing-masing.
Kita sepakat,
tidak ada tangis dan air mata lagi setelah itu. Kita juga sepakat, akan selalu
bahagia dan saling berdoa. Untukku dengan bahagiaku, dan untukmu dengan
bahagiamu. Ya, kita sudah sepakat. Waktu itu.
Maaf,
ternyata aku gagal. Bahagia tidak semudah melupakanmu kemudian mencari
laki-laki lain untuk dicintai. Aku mengkhianati janjiku sendiri. Aku berusaha
untuk tidak menangis, tetapi kenyataannya aku menangis lebih kencang dari
sebelumnya. Kau kira aku baik-baik saja dan selalu bahagia dengan lelakiku
waktu itu? Tidak. Kau dan aku sama-sama tahu jawabannya. Aku melukai perasaanku
sendiri, tetapi aku jauh lebih melukai perasaan lelakiku pada waktu itu. Aku merasa
berdosa karena membohonginya. Bahkan hingga saat ini aku belum juga meminta
maaf ke padanya. Aku berjanji, secepatnya aku akan-entah besok atau lusa.
Aku memilih bertahan
untuk sendiri, meski aku tahu bahwa kau sudah bahagia dengan jalanmu. Dengan
gadis cantik berlesung pipit atau gadis cerdas beralis tebal milikmu itu. Aku hanya
bisa berdoa yang terbaik untukmu; untuk kalian lebih tepatnya. Tidak sopan kan jika tiba-tiba aku menghubungimu dan
memintamu agar kembali? Jadi, aku memilih untuk melupakanmu.
Melupakanmu? Hahaha. Aku tertawa, hingga menangis, hingga tertidur. Besoknya aku terbangun, kemudian
melakukan hal yang sama. Hingga tertidur.
Aku mencoba
jatuh cinta selain denganmu. Tetapi maaf, ternyata aku gagal. Bahagia tidak
semudah melupakanmu kemudian mencari laki-laki lain untuk dicintai. Aku mencoba
untuk menjatuhkan hatiku selain ke hatimu. Tetapi maaf, ternyata aku gagal. Aku
mencoba tertawa dan bahagia dalam teduh mata selain matamu. Tetapi maaf,
ternyata aku gagal. Aku mencoba menikmati dendang alunan jemari selain jemarimu.
Tetapi maaf, ternyata aku gagal. Bahagia tidak semudah melupakanmu kemudian
mencari laki-laki lain untuk dicintai. Iya kan?
Setahun
kemudian, nampaknya semesta berkonspirasi untuk mempertemukan kita pada malam
itu; pada malam ulang tahun teman baikku. Kau datang. Aku datang. Kita tidak
saling berbicara pada waktu itu. Aku ingat, sudah hampir setahun kita tidak
berbicara. Lama ya? Hahaha. Bahkan lidah ini sudah kelu dan lupa bagaimana
caranya untuk menyebut namamu.
Aku lupa kronologi selanjutnya. Yang aku ingat,
sekarang aku sudah bertemu denganmu kembali. Aku bahagia.
Teruntuk,
Yang hari ini genap berusia 18 tahun.
Semoga selalu bahagia.
No comments:
Post a Comment