Saya punya
seorang teman.
Kami sudah dekat
sejak awal masuk sma.
Dia
bercerita banyak ke pada saya tentang gadis pujaan hatinya.
Saya ingin
bercerita juga tentang lelaki pujaan hati saya.
Tetapi saya
malu.
Saya
memillih diam dan mendengarkan ceritanya saja.
Saya punya
seorang teman.
Sekarang dia
sudah bahagia dengan gadis pujaan hatinya.
Dia menghubungi
saya kemudian membagi kebahagiaanya.
Saya kira
setelah bahagia dengan gadis itu, dia lupa dengan saya.
Ternyata dia
tidak lupa dan kami masih bisa berteman.
Saya punya
seorang teman.
Dia sudah
berpisah dengan gadis pujaan hatinya.
Dia
menghubungi saya.
Kemudian
saya mengatakan bahwa saya dekat dengan laki-laki lain.
Dia diam.
Kemudian
pergi.
Saya punya
seorang teman.
Kami
berpisah sejak saat itu.
Dia sering
menghindari saya.
Dia bilang,
dia juga sudah dekat dengan gadis lain.
Dia aneh.
Saya punya
seorang teman.
Kami hilang
kontak lebih dari setahun.
Saya tidak
pernah bertanya kabar.
Pun dia.
Saya punya
seorang teman.
Kami bertemu
lagi di malam ulang tahun teman dekat saya.
Tetapi dia
tidak menyapa.
Mungkin dia
lupa.
Saya punya
seorang teman.
Dia
menghubungi saya kembali.
Dia bertanya
kabar.
Saya jawab
saya baik-baik saja.
Ternyata dia
tidak benar-benar lupa.
Saya punya
seorang teman.
Matanya
teduh.
Hidungnya
mancung.
Kumisnya
tipis.
Jari-jarinya eksotis.
Saya punya
seorang teman.
Ahmad Zainal
Abidin namanya.
Dia bilang
dia sedang berulang tahun hari ini.
Jadi saya
membuatkan puisi ini untuknya.
Saya punya
seorang teman.
Saya jatuh
hati dengannya.
Sejak awal
masuk sma.