Pada senyummu yang ke-sembilan-belas, mana mungkin aku tidak
jatuh, lalu mencintai. Mencintai kedua pelupuk yang menghamparkan langit bagi
segala yang alpa. Ingin rasanya bersembunyi dan menggelayut manja di dalamnya. Bola
mata yang damainya seluas jagat raya, Ah! Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta.
Denganmu, cinta tak perlu basa basi. Cinta bukanlah
rutinitas ucapan salam pagi seperti petugas Indomaret. Cinta bukanlah melapor
hendak kemana dan pulang jam berapa seperti satpam perumahan. Cinta bukanlah larangan
bermain dengan siapa seperti kubu geng anak TK. Cinta bukanlah menyampah kotak
masuk seperti mama minta pulsa. Tapi cinta kita memang sederhana, bukan? Tak
perlu basa basi.
Tak perlu kiranya aku menghujani tulisan ini dengan seonggok doa. Sebab ini bukan sebait ayat pada lembar-lembar alkitab, begelimang doa dan harapan baik. Tetapi, bukan berarti aku tidak berdoa untuk kebaikanmu, tanpa kau minta pun pasti sudah kulakukan ritual itu setiap pagi. Kau tahu itu, sayang.
Tak perlu kiranya aku menghujani tulisan ini dengan seonggok doa. Sebab ini bukan sebait ayat pada lembar-lembar alkitab, begelimang doa dan harapan baik. Tetapi, bukan berarti aku tidak berdoa untuk kebaikanmu, tanpa kau minta pun pasti sudah kulakukan ritual itu setiap pagi. Kau tahu itu, sayang.
Pada senyummu yang ke-sembilan-belas, mana mungkin aku tidak
jatuh, lalu mencintai. Mencintai yang hari ini sedang berulang tahun. Selamat menua, selamat berkarya. Semesta
di pihakmu, selalu. Doaku, di detak nadimu, setiap waktu.
Aku mencintaimu, sayang. Sepanjang usia Tuhan.
Teruntuk,
Ahmad Zainal Abidin.
No comments:
Post a Comment