Saya melaju kencang 90 km/jam mengendarai kuda jepang beroda
dua. Menembus sudut kota dari Kedai Kopi di bilangan Abubakar Ali, Kotabaru
menuju sepetak tanah di seberang Candi Prambanan. Yogyakarta sedang
sepi-sepinya dini hari ini. Sepertinya semua sedang terlelap dalam hingar
bingar ketupat dan opor ayam. Sepaket makanan yang tidak pernah alpa dari
sajian hari raya.
Hari ini teman saya berulang tahun. Beruntung sekali dia,
merayakan hari kelahiran dalam suasana lebaran. Sebenarnya saya ingin membuatkannya
sepenggal kalimat yang berisi ucapan selamat. Tetapi dia bilang, dia tidak suka
dengan tulisan-tulisan saya. Dia tidak suka dengan rangkaian kata-kata saya
yang terkesan mengada-ada. Dia lebih suka ucapan apa adanya yang tidak perlu
dipikir lama-lama. Jadi, diam-diam saja ya, tidak usah beritahu dia jika saya
tetap membuatnya di blog pribadi saya.
Teruntuk,
Lelaki yang hari ini genap berusia 21 tahun.
Hai, selamat pagi. Sebenarnya saya tidak punya inspirasi
ingin menulis apa, bahkan sampai pukul 3 pagi tulisan ini masih carut marut
keadaannya, jadi saya memilih menutup laptop saya dan pergi tidur setelahnya.
Asal kau tahu, tulisan ini ditulis di samping kolam ikan, sebelah taman, dengan
semangkuk bakso di kanan, dan secangkir kopi hitam di tegukan. Jadi maaf jika
sedikit asal-asalan he he. Lalu, apa yang sedang kau lakukan pagi-pagi hari
seperti ini? Saya berani bertaruh kau masih tidur meringkuk, di bawah selimut, dengan
celana pendek kesukaanmu tentunya.
Mari merotasi mundur waktu dua minggu yang lalu. Sore itu
hujan deras mengguyur seluruh kota Purwokerto. Saya sedang gabut-gabutnya di
rumah kontrakan, lalu kau mengirimi pesan mengajak hujan-hujan. Saya
mengiyakan. Tetapi gagal karena hujan buru-buru dikebiri oleh langit. Sembunyi,
sengaja berkonspirasi agar kita duduk manis saja menikmati mie ayam di deretan
Gor Satria. Perkenalan sore itu, lucu sekali rasanya.
Saya selalu suka setiap kali kau bercerita tentang hal hal
yang menurutku baru. Menarik rasanya. Lagipula, kita banyak sekali kesamaan.
Tentang perjalanan dan pendakian. Tentang teman, tentang Tuhan, tentang
pemikiran. Bedanya, kau sangat rapi, sedang saya tidak pernah memikirkan
penampilan. Bedanya, kau suka teh, sedang saya sangat maniak kopi. Bedanya, kau
suka hal berbau ilmiah, sedang saya menyukai sastra dan bualan-bualannya.
Ah, lupakan basa basi tidak penting di atas. Saya hanya
ingin mengucapkan selamat atas hadirnya tujuh juli, atas hadirnya hari
bahagiamu yang tidak bisa saya hadiri. Ucapan ini memang hanya sebatas
kata-kata, tetapi doa ikhlas saya tidak pernah mengada-ada. Semoga semesta
mengaminkan setiap harapan baikmu. Harapan yang tumbuh dari jantung bumi, dan
jatuh kembali di pangkuan Illahi.
Teruntuk lelaki yang hari ini genap berusia 21 tahun, semoga
selalu diliputi perasaan bahagia. Semoga selalu dipermudah setiap jalannya
dalam meraih cita-cita. Semoga selalu dilancarkan setiap jengkal rejeki yang
ada. Semoga jika sudah meninggi kelak, tidak pernah lupa jalan pulang ke rumah
orang tua.
Maaf jka tidak banyak yang bisa saya doakan untukmu. Tetapi
ketahuilah bahwa saya ikhlas mendoakan untuk setiap kebaikanmu.
Pada waktunya nanti, kita akan berjalan dengan prinsip
masing-masing. Mencari kesepakatan, menuju jalan dan kepercayaan yang kita
punya. Semoga pertemanan kita tidak saling menerakakan. Tidak saling baku
hantam dan berkhianat di punggung kawan. Satu hal, kita percaya konsep bahwa tidak ada yang namanya teman, sebab dua manusia saling berhubungan atas dasar kepentingan tertentu. Maka datang dan pergi adalah hal yang wajar. Iya, kan?
Ditulis dengan sadar di kota Yogyakarta, tepat pada hari kelahiran teman saya bernama Beler. Yang sedang merayakan gegap gempita bahagia dalam hitungan ke 21. Semoga panjang umur!